Pelambatan ekonomi nasional yang terjadi pada semestar I tahun 2015 sangat berdampak terhadap industri-industri, salah satunya industri persemenan yang ada di tanah air. Hal ini mengakibatkan manajemen perusahaan persemenan di Indonesia harus bekerja ekstra dalam menekan biaya operasional pabrik.s

Seperti yang dialami oleh PT Semen Tonasa, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkantor pusat di Desa Biring Ere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep ini harus meningkatkan efisiensi disegala lini guna menekan biaya operasional pabrik akibat pelambatan ekonomi nasional.

Upaya efisiensi yang dilakukan pun mulai membuahkan hasil seiring dengan membaiknya perekonomian nasional pada semester II tahun 2015. Dimana, volume penjualannya mencapai 713 ribu ton atau 111,9% dari RKAP dan 118,5% dari tahun 2014. Bahkan Ebitda mencapai Rp165 miliar atau 102,4% dari RKAP dan tumbuh 5,9% dari tahun 2014

Meskipun volume penjualan mulai membaik, manajemen tak mau menyia-yiakan waktu dua bulan yang tersisa ditahun 2015 ini untuk mengenjot penjualan. Salah satunya dengan menggelar workshop indepth marketing bagi distributor. Dalam workshop ini, manajemen menghadirkan Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Persero, Dwi Sucipto yang merupakan mantan Dirut PT Semen Indonesia grup dan sejumlah instruktur dari pusat.

Dirut PT Semen Tonasa, Andi Unggul Attas mengatakan, penjualan semen tonasa di 2015 ini tidak lebih baik dari tahun 2014. Hal ini akibat dari perekonomian nasional Indonesia yang sangat lambat. Apalagi, tahun ini, persaingan penjualan semen sangat ketat dengan hadirnya sejumlah kompetitor baru seperti semen China.

“Tahun 90-an, kita tidur-tidur saja semennya laku. Sekarang kerja keras pun belum tentu laku. Kalau kita tetap menggunakan strategi atau cara-cara lama, itu akan berat ikut bersaing di nasional. Jadi apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan penjualan saat ini. Dari waktu ke waktu strategi kita harus terus berkembang. Semoga ilmu yang diberikan Pak Dwi dapat dimanfaatkan untuk menjalani tugas kita dalam menghadapi persaingan pasar,” katanya.

Sementara Dirut Pertamina Persero, Dwi Sucipto yang hadir sebagai pembicara dalam workshop tersebut mengungkapkan, Semen Tonasa memiliki potensi yang luar biasa dalam pertumbuhannya. Namun, hal itu harus dikemas dalam koridor rumah besar Semen Indonesia. Meski memiliki potensi, perusahaan jangan pernah merasa hebat sendiri, sebab itu adalah virus yang harus dilawan.

Dwi menambahkan, inti dari penjualan semen adalah bagaimana pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Kalau industri punya daya tarik yang besar, ebitda marginnya besar, pasti pemain lain akan masuk diwilayah pemasarannya.

“Semen Tonasa harus jadi kekuatan. Kita harus punya musuh, kalau tidak itu akan berbahaya. Jika ada musuh maka kita akan maju.  Kalau disuatu wilayah ada musuh, kita harus tahu siapa dia. Kita pelajari dia dan akan tahu apa yang akan dilakukan, kita leader maka harus lebih hebat dan harus berani. Caranya, seperti kita main catur,” ungkapnya. (Humas.st/Saf)