Dirut Semen Tonasa, Jadi Pembicara Pada Seminar Pendidikan IKA PPSP IKIP Makassar
Banyak keuntungan yang didapatkan saat menuntut ilmu di Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP. Misalnya menghidupkan budaya baca, beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan pembentukan karakter.
Akhir pekan lalu, para alumni PPSP IKIP berkumpul di Gedung Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM), Sabtu (25/10). Mereka saling bernostalgia dan mempererat tali silaturahmi yang dikemas dalam seminar pendidikan nasional. Seminar bertema “Belajar dan Sekolah PPSP IKIP Untuk Pendidikan Masa Kini” merupakan salah satu rangkaian acara reuni akbar para alumni PPSP IKIP yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
PPSP bisa dikata sudah menelorkan alumni berkualitas. Sayangnya PPSP hanya bertahan selama 15 tahun. Dibentuk pada 21 September 1971 dan ditutup pada tahun 1986. Di Makassar sendiri, alumni PPSP IKIP sebagian besar tercatat telah memiliki karir yang cemerlang. Sebut saja Ir Andi Unggul Attas yang kini menjabat sebagai Presiden Direktur PT Semen Tonasa. Andi Unggul Attas dipercayakan sebagai Ketua Pelaksana Alumni PPSP IKIP 2014. Ia pun didaulat sebagai narasumber dalam seminar tersebut. Selain itu, hadir pula Akademisi, Ir M Ikbal Jawat yang juga alumni PPSP IKIP.
Dalam kesempatan tersebut, Ir Andi Unggul Attas mengungkapkan keinginannya agar PPSP IKIP bisa terus dilanjutkan. Menurut Unggul yang tercatat sebagai alumni PPSP IKIP tahun 1977, banyak keuntungan yang didapatkannya selama menuntut ilmu di PPSP. “PPSP IKIP mengajarkan banyak hal yang kesemuanya adalah kunci kesuksesan buat saya karena prinsipnya adalah siapa rajin bisa cepat selesai. Benefit yang saya dapatkan adalah bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, kami diajarkan budaya membaca, solving problem, dan pembentukan karakter,”ujarnya.
Unggul menjelaskan, sistem yang digunakan PPSP adalah sistem belajar dengan modul, sistem kredit, sistem belajar tuntas dan maju berkelanjutan. Dengan menerapkan sistem ini, siswa dapat belajar dalam waktu yang lebih singkat. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, lanjut dia, PPSP menggunakan sistem kelas berjalan (moving class).
Hal ini dilakukan dalam memecahkan masalah kekurangan lokal dan memberikan dinamika agar siswa tidak jenuh dalam kondisi rutin. Salah satu kekurangan PPSP, kata dia, hanya pada biaya yang sedikit lebih mahal. Namun menurutnya, biaya tersebut wajar melihat metode pembelajaran yang diberikan sangat berkualitas. “Menurut saya PPSP adalah edukasi terbaik yang pernah ada, jika dikatakan mahal ya kalau memang berkualitas itu wajar-wajar saja,” terangnya.
Berdasarkan pengalaman menuntut ilmu di PPSP IKIP itulah, Unggul berencana membangun Sekolah Unggulan Tonasa yang nantinya akan mengajarkan pembentukan karakter sehingga bisa menghasilkan sumber daya manusia berkualitas. Melalui seminar ini, Unggul mewakili para alumnus PPSP IKIP berharap dapat memberikan masukan kepada Pemerintah sehingga modul PPSP bisa dilanjutkan.
“Kami berharap dari seminar ini, kami bisa membuat rekomendasi untuk mendapatkan pertimbangan Pemerintah agar bisa melanjutkan PPSP IKIP,” tuturnya Unggul. Selain menggelar seminar pendidikan, para alumnus PPSP juga mengadakan gerak jalan santai pada esok harinya di Anjungan Pantai Losari kemudian dilanjutkan family gathering di Restoran Hade Makassar. (Humas-saf)